Selasa, 17 Januari 2012

Pengacara Terkemuka di Negeri Paman Sam Menemukan Ketentraman Dalam Sholat

Mark Shaffer, seorang pengacara terkemuka di negeri Paman Sam, Pemilik firma hukum, The Shaffer Law Firm itu pernah menangani sejumlah perkara hukum, khususnya masalah perdata, yang melibatkan beberapa nama pesohor di Amerika Serikat. Salah satu kliennya adalah penyanyi pop nomor satu dunia Michael Jackson alias Jacko. Perkara hukum yang menimpa Jacko sepekan sebelum 'King of Pop' itu meninggal merupakan kasus besar terakhir yang ditangani Shaffer. Empat bulan berselang setelah kematian Jacko, tersiar kabar bahwa Shaffer berpindah keyakinan. Ia memeluk Islam. Sebagaimana dilansir dari laman waryatv.com, Shaffer mendeklarasikan keislamannya di Arab Saudi pada 17 Oktober 2009. Saat itu, pengacara kawakan asal Los Angeles itu tengah berwisata ke Arab Saudi. Ia mengunjungi beberapa kota terkenal di negara Timur Tengah itu, seperti Riyadh, Abha dan Jeddah dalam kunjungan selama 10 hari. Seorang pemandu wisata yang menemaninya selama 10 hari, Dhawi Ben Nashir, menceritakan bahwa sejak menginjakkan kakinya pertama kali di Saudi, Shaffer banyak bertanya tentang Islam dan shalat. Sesampainya di Saudi, Shaffer menginap di kota Riyadh selama dua hari. Selama di sana, ia menunjukkan ketertarikannya terhadap Islam. ketertarikannya pada Islam semakin terlihat manakala Dhawi mengajak Shaffer ke kota Najran, terus ke Abha dan Al-Ula, khususnya saat berwisata ke padang pasir. Shaffer kaget saat melihat tiga pemuda Saudi yang mendampinginya di Al-Ula melaksanakan shalat di atas bentangan padang pasir yang amat luas dan terik itu. Pemandangan itu sungguh sangat menakjubkan dan menggugah nurani Shaffer yang paling dalam. Setelah menghabiskan waktu selama dua hari di Al-Ula, mereka pun melanjutkan perjalanan ke Al-Juf. Sesampai di Al-Juf, Shaffer minta dicarikan buku-buku tentang Islam. Dhawie lalu memberikan beberapa buku tentang Islam. Semua buku itu dibaca habis oleh Shaffer. Esok paginya, dia minta saya mengajarkannya shalat. Sayapun mengajarkannya shalat dan bagaimana cara berwudhu. Lalu dia ikut shalat di samping saya, papar Dhawi. Seusai shalat, Shaffer bercerita. Dia merasa jiwanya terasa tentram setelah mencoba menunaikan shalat. Keesokan sorenya, rombongan Shaffer meninggalkan Al-Ula menuju kota Jeddah. Selama di perjalanan, Shaffer terlihat serius sekali membaca buku-buku tentang Islam. Keesokan paginya -- bertepatan dengan hari Jumat -- rombongan tersebut mengunjungi kota tua Jeddah. "Sebelum waktu shalat Jumat masuk, kami kembali ke hotel dan saya minta izin padanya untuk shalat Jumat. Saat itu Shaffer berkata kepada saya kalau dia ingin ikut shalat Jumat agar bisa menyaksikan seperti apa shalat Jumat itu." Dhawi pun mempersilakan Shaffer untuk ikut shalat Jumat. Mereka pun kemudian pergi ke sebuah masjid yang berada tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap di Jeddah. "Karena agak terlambat, saya dan sebagian jamaah shalat di luar masjid karena jamaahnya yang membludak," ujarnya. Sepanjang berlangsungnya shalat, Shaffer tampak mengamati setiap jamaah yang hadir. Terlebih, setelah selesai shalat Jumat, para jamaah saling bersalam-salaman dengan wajah yang cerah dan gembira. Pemandangan tersebut semakin membuat Shaffer kagum. Setelah kembali ke hotel, tiba-tiba Shaffer menyampaikan sebuah keinginan yang tak terduga kepada Dhawi. "Saya ingin masuk Islam," ungkap Shaffer. Dhawi pun bergembira mendengar ucapan itu. Ia lalu mempersilakan Shaffer untuk membersihkan diri. "Silahkan Anda mandi terlebih dahulu." Setelah mandi, Dhawi kemudian membimbing Shaffer mengucapkan dua kalimah syahadat. Kemudian, sang pengacara kondang itu menunaikan shalat sunnah dua rakaat. Setelah itu, Shaffer mengungkapkan keinginannya untuk mengunjungi dan shalat di Masjidil Haram, Makkah, sebelum meninggalkan Arab Saudi. Untuk dapat mewujudkan keinginan tersebut, Shaffer pergi ke kantor Dakwah dan Irsyad di kawasan Al-Hamro’ Jeddah untuk mengambil bukti formal keislamannya agar dapat memasuki kota Makkah dan Masjidil Haram. Lalu ia pun diberi sertifikat sementara masuk Islam. Shaffer diantar ke Kota Suci Makkah oleh seorang guru agama yang baru dikenalnya di Jeddah, Ustaz Muhammad Turkistani. Lantaran, rombongannya harus kembali ke Amerika pada sore hari, sang advokat pun menyempatkan diri melihat Ka’bah dan shalat di Masjidil Haram pada pagi harinya. Setibanya di Makkah, Shaffer langsung menuju ke Masjidil Haram. Di sana ia menyempatkan diri untuk menunaikan shalat. Terkait kunjungan Shaffer ke Masjidil Haram, Ustaz Turkistani menceritakan: "Setelah Shaffer mendapatkan sertifikat Islam, kami pun langsung berangkat menuju Masjidil Haram yang mulia." Saat menyaksikan Masjidil Haram, menurut Ustaz Turkistani, Shaffer tampak bahagia. "Wajahnya begitu cerah dan memancarkan kegembiraan yang luar biasa. Ketika kami masuk ke dalam Masjidil Haram dan menyaksikan langsung Ka’bah, kegembiraannya semakin bertambah. Demi Allah saya tidak bisa mengungkapkannya dengan lisan akan pemandangan tersebut," paparnya berkisah. Setelah tawaf mengelilingi Ka’bah yang mulia, Shaffer shalat sunah dan kemudian keluar dari Masjidil Haram. Ustaz Turkistani mengungkapkan, Shaffer terkesan sangat berat untuk berpisah dengan Masjidil Haram. Suatu saat, ia berharap akan kembali shalat di Masjidil Haram. (republika.co.id) src by : Situslakalaka

Tidak ada komentar: