Jumat, 13 Januari 2012

SOSIOLOGI BERPARADIGMA GANDA

STATUS PARADIGMA SOSIOLOGI Istilah paradigma pertama kali dikemukakan oleh Thomas Khun dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution (1962). Tujuan Thomas Khun dalam karyanya tersebut adalah untuk menantang asumsi yang berlaku umum dikalangan ilmuan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan. Kalangan ilmuan pada umumnya berpendirian bahwa perkembangan atau kemajuan ilmu pengetahuan itu secara kumulatif. Khun menilai bahwa pandangan seperti itu sebagai mitos yang harus dihilangkan. Menurut Khun perkembangan pengetahuan itu bukanlah terjadi secara komulatif tetapi terjadi secara revolusi. Adapun model perkembangan ilmu menurut Khun adalah sebagai berikut : Parad I Normal Sience Anomalies Revolutions Parad II pengertian paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang mestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (discipline). Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang harus di ikuti dalam menginterprestasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut. PARADIGMA FAKTA SOSIAL Paradigma fakta social mempunyai tujuan untuk memisahkan sosiologi dari pengaruh filsafat dan membantu sosiologi untuk mendapatkan lapangan penelitiannya sendiri, perumus paradigma ini adalah Emile Durkheim. Fakta social inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta social dinyatakan sebagai barang sesuatu yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni. Fakta social menurut Durkheim terdiri dari dua macam yaitu : 1.Dalam bentuk material, yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Fakta social material ini merupakan bagian dari dunia nyata. 2.Dalam bentuk non material. Yaitu sesuatu yang dianggap nyata. fakta social jenis ini merupakan fenomena yang bersifat intersubjektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Contohnya adalah egoisme, alturisme, dan opini. Pokok Persoalan Paradigma Fakta Sosial Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut paradigma ini adalah fakta-fakta social. Secara garis besarnya fakta social terdiri dari dua tife. Masing-masing adalah struktur social dan pranata social. Norma dan pola nilai biasa disebut institution atau disini diartikan dengan pranata. Sedangkan jaringan hubungan social dimana interaksi social berproses dan menjadi terorganisir serta melalui mana posisi-posisi social dari individu dan sub kelompok dapat dibedakan, sering diartikan sebagai struktur social. Dengan demikian struktur sosl dan pranata social inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi menurut paradigma fakta social. Teori-teori P.aradigma Fakta Sosial 1.Teori Fungsionalisme Struktural Teori ini menekankan pada ketaraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi menifes, dan keseimbangan. Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu system social yang terdiri dari bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. 2.Teori Konflik Teori ini bertujuan untuk menentang teori structural fungsional. Menurut teori ini masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus-menerus diantara unsure-unsur yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Konsep sentral teori ini adalah wewenang dan posisi. Bahwa kekuasaan dan wewenang secara tidak merata tanpa terkecuali menjadi factor yang menentukan konflik social secara sistematis. 3.Teori Sistem Teori ini tidak jauh berbeda dengan teori structural fungsional, dimana bahwa dalam kehidupan masyarakat terdapat bagian-bagian yang mempunyai peran dan fungsi masing-masing, tetapi di dalam bagian-bagian tersebut tidak dapat hidup secara sendiri-sendiri melainkan harus berhubungan satu sama lain. Secara kait mengait sehingga terciftalah kesinambungan. PARADIGMA DEFENISI SOSIAL Weber adalah exemplar dari paradigma ini dan analisisnya tentang tindakan social. Konsep Weber tentang fakta social berbeda denga karya Durkheim. Weber tidak memisahkan antara struktur social dengan pranata social. Strukturl social dan pranata social keduanya membantu untuk membentuk tindakan manusia yang penuh arti dan makna. Mempelajari perkembangan suatu pranata secara khusus dari luar tanpa memperhatikan tindakan manusianya sendiri, menurut Weber berarti mengabaikan segi-segi yang prinsipil dari kehidupan social. Persoalan Paradigma Defenisi Sosial Weber sebagai pengemuka exemplar dari paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan social antar hubungan social. Kedua hal itulah yang menjadi pokok persoalan sosiologi. Inti tesisnya adalah tindakan yang penuh arti dari individu. Yang dimaksudnya tindakan social itu adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya sendiri dan diarahkan kepada orang lain. Teori Aksi Teori ini sepenuhnya mengikuti karya Weber. Beberapa asumsi fundamental teori aksi adalah sebagai berikut : 1.Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek 2.Sebagai subjek manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujaun 3.Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode, serta perangkat yang dianggap cocok untuk mencapai tujuan itu 4.Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya. 5.Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang, dan yang telah dilakukannya 6.Ukuran-ukuran, atuaran-aturan dan prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan 7.Studi mengenai antar hubungan social memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subjektif, seperti metode verstehen, imajinasi, sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri. Kesimpulan utama yang dapat diambil adalah bahwa tindakan social merupakan suatu proses dimana actor terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan subjektif tentang sarana-sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-kemungkinannya oleh system kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai social. Teori Interaksionis Simbolik Teori ini bersifat menentang behavioralisme radikal yang dipelopori oleh JB. Watson. Behavioralisme radikal berpendirian bahwa prilaku individu adalah sesuatu yang dapat diamati. Behavioralisme mempelajari tingkah laku manusia secara objektif dari luar. Sedangkan interaksionisme simbolik, mempelajari tindakan social dengan menggunakan teknik intropeksi untuk dapat mengetahui barang sesuatu yang melatarbelakangi tidakan social itu dari sudut actor. Secara kasar dapat dikatakan bahwa behavioralisme itu melihat prilaku manusia seperti prilaku binatang. Teori Fenomenologi Teori ini membahas tentang pokok persoalan ilmu social itu sendiri yakni bagaimana kehidupan bermasyarakat itu dapat terbentuk. Alfted Schutz, sebagai tokoh teori ini berpendirian bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan social bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu dan manusia lain memahami pula tindakan tersebut sebagai sesuatu yang penuh arti . pemahaman secara subjektif terhadap suatu tindakan sangat menentukan terhadap kelangsungan proses interaksi social. Baik bagi actor yang memberikan arti terhadap tindakannya sendiri maupun bagi pihak lain yang akan menerjemahkan dan memahaminya serta yang akan bereaksi atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh actor. PARADIGMA PRILAKU SOSIAL Exemplar paradigma ini adalah B.F. Skinner, yang beranggapan bahwa kedua paradigma diatas merupakan persfektif yang bersifat misktik dalam arti mengandung sesuatu persoalan yang bersifat teka teki, tetapi tidak diterangkan secara rasional. Maksudnya fakta social yang terdiri atas struktur social dan pranata social yang menjadi objek telaah pradigma fakta social, serta sesuatu yang terjadi dalam pemikiran mausia berupa tanggapan kreatif terhadap sesuatu rangsangan atau stimulus dari luar dirinya, yang menjadi objek penyelidikan paradigma defenisi social oleh Skinner dinilai keduanya sebagai suatu objek yang bersifat mistik. Menurutnya dengan memusatkan perhatian kepada keuda hal tersebut, berarti menjauhkan sosiologi dari objek studi berupa barang suatu yang konkrit realistis. Pokok Persoalan Paradigma Prilaku Sosial Paradigma Prilaku Sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antar hubungan individu dan lingkungannya. Lingkungan itu terdiri atas : a.Bermacam-macam objek social b.Bermacam-macam objek non social Teori Behavioralisme Sociology Behavioralisme sosiologi dibangun dalam rangka menerapkan prinsip psikologi ke dalam sosiologi. Teori ini memusakan perhatiannya pada hubungan antar akibat dai tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan actor dengan tingkah laku actor. Akibat-akibat tingkah laku diperlakukan sebagai variable indevenden. Ini berarti bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Jadi nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan lingkah laku dimasa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi dalam lingkungan actor dimasa yang akan datang. Teori Exchange Tokoh utama teori ini adalah George Hotman, teori ini dibangun dengan maksud sebagai reaksi terhadap paradigma fakta social, terutama menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga jurusan yaitu pandangannya tentang emergence, pandangannya tentang psikologi dan pandangannya tentang metode penjelasan dari Durkheim.

Tidak ada komentar: